Old school Easter eggs.
Home
Meja makan trembesi yang terbuat dari kayu trembesi.

Industri Furnitur Indonesia Terlilit Ekonomi

Industri Mebel menjadi salah satu yang terkena dampak dari kondisi ekonomi Indonesia yang melemah. Penjual dan pemilik usaha Furniture serta kerajinan ukiran mengucapkan kerugian yang mereka natural sepanjang 2015.

Pameran Mebel pada akhir minggu di Jakarta lazimnya merupakan masa-masa bagi para penjual dan pengusaha Furniture dari beragam kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk menerima penjualan.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Pameran yang wajib menjadi sistem andalan untuk bertemu konsumen baru dan meraih keuntungan, malahan justru sepi.

Berdasarkan Ansah, seorang daya penjualan, pengunjung yang datang ke pameran umumnya telah siap belanja sebab mengamati banyak pilihan, dari harga tertinggi sampai terendah.

"Mengapa kita main di pameran, lebih baik untuk tenaga belinya di pameran. Di showroom pilihannya sedikit. Tujuan pameran buat memperkenalkan nama kita, nggak beli kini, mereka kan sudah punya kartu nama, siapa tahu nanti mereka akan berkaitan dengan kita," kata Ansah.

Sudah 15 tahun terakhir Ansah berprofesi sebagai daya penjualan menjadi kekuatan penjualan di perusahaan Furnitur Pro-link sehingga ia mengenal naik turunnya minat beli konsumen.

Pabrik perusahaan dan para perajinnya ada di Jepara, padahal Ansah berkantor di Jakarta. Produknya setengah dikirimkan untuk ekspor, tetapi beberapa untuk pasar dalam negeri.

Biasanya pembeli akan mencari Meja makan trembesi yang besar atau mengisi rumah baru dengan kelengkapan bedset, yakni tempat tidur, lemari pakaian dan meja rias yang keseluruhannya dapat mencapai Rp50 juta.

Dalam sembilan hari pameran, satu penjual seperti Ansah dapat meraih Rp500 juta. Namun, baru dua hari, Ansah mengatakan, "Waduh, turun drastis. Pekan, harusnya baik. Hari Sabtu kayak hari Senin, jauh, jauh bener deh (penjualannya)."
Image caption Ansah, kanan, kekuatan penjualan sedang menghadapi pelanggan yang mencari meja makan dari kayu trembesi.

Sepanjang 2015, menurutnya, penurunan jumlah pesanan dan pembelian di perusahaannya bisa sampai 50%.

Salah satu produk yang paling banyak dipesan dan terjual yaitu gazebo dari kayu jati. Dengan harga Rp15 juta, perusahaan tempatnya berprofesi bisa memasarkan sekitar 30 gazebo dalam sebulan. Tahun ini, rata-rata hanya 15 yang laku per bulannya.

Ansah juga mengatakan, biasanya tuntutan harga setiap tahun akan semakin tinggi meniru biaya produksi. Sekarang, dengan harga produksi yang makin tinggi sementara dengan energi beli yang tetap, pelanggan berkeinginan harganya tak naik.

Naiknya dolar turut mendongkrak harga produk, karena pelitur yang digunakan untuk finishing Furniture patut dengan produk impor agar jatinya tidak pecah ketika terpapar cahaya matahari.

"Bukannya meniru harga produksi gitu. Pasarannya ini ya gimana, nggak dipasarkan, gimana, dipasarkan dapatnya setengah. Ya jualan sih, tetapi alhasil tidak sama seperti dulu," ujarnya lagi.

Daya beli konsumen Mebel yang melemah juga diakui oleh Jalu Seno Aji, pemilik dua perusahaan Mebel dan mebel, Seno Art Gallery dan Sekar Setaman yang ada di Boyolali, Jawa Tengah.

Kekhasannya yakni gebyok Jawa atau gapura dari kayu yang penuh ukiran. Umumnya per meter, gebyok akan dijual dengan harga Rp10 juta. Dengan harga ini, Seno dapat mendapatkan profit Rp2 juta. Sekarang, dia merasa, bila memperoleh profit Rp500 ribu per meter maka telah cukup.
Back to posts
Comments:
[2018-03-13] Miranda :

Hello, I log on to your blog like every week.
Your story-telling style is awesome, keep it up!wholesale NFL jerseys

[2018-03-13] Barb :

I really like this style cheap NFL 99 Aaron Donald jersey and they are very eye-catching


UNDER MAINTENANCE